Sabtu, 18 Januari 2014

Sistem Informasi Akuntansi Manajerial



SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJERIAL

1.1   Arus Informasi
Sistem informasi akuntansi mengakui dan merekam transaksi yang terjadi,  mencatat, meringkas dan melaporkan informasi kepada para pemakai informasi. Jika proses tersebut dilakukan dengan menggunakan computer, maka sebuah sistem informasi disebut dengan sistem yang berbasis computer , jika tidak menggunakan alat bantu computer, maka sebuah sistem informasi disebut dengan sistem manual. Baik pada sistem berbasis computer maupun sistem manual, dalam urutan aktivitas yang dijalankannya terjadi aliran data dan informasi.
Dalam sistem informasi akuntansi manajerial, informasi mengalir menuju 2 arah, yaitu mengalir dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah keatas (botton-up). Top-down flow adalah sistem yang mencatat dan meringkas transaksi dan kejadian ekonomi yang terjadi di jenjang manajemen puncak dalam sebuah organisasi dan meneruskan serta mendistribusikan informasi ke jenjang organisasi yang lebih rendah. Botton-up flow  adalah sistem yang mencatat dan meringkas transaksi dan kejadian ekonomi yang terjadi pada jenjang organisasi paling bawah, kemudian secara terstruktur melaporkan informasi kepada manajemen puncak.

1.2   Aliran Informasi Dari Atas Kebawah (Top-Down Information Flow)
Sistem penganggaran sebuah organisasi merupakan sistem yang mengalirkan informasi dari atas ke bawah. Sistem informasi ini menghasilkan anggaran periodic, yang memberikan informasi kepada para manajer tentang rencana kuantitatif organisasi untuk periode mendatang. Dengan menetapkan dan mengkoordinasikantujuan yang terukur untuk setiap segmen dalam organisasi, anggaran membantu mencapai tujuan organisasi keseluruhan.
v  Struktur Organisasi
Sebuah struktur organisasi memberikan lingkungan bagi aliran informasi. Agar sistem penganggaran dapat berfungsi secara tepat, lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.       Organisasi harus menetapkan sebuah struktur yang membedakan setiap segmen yang terlibat.
2.       Organisasi harus memiliki ketentuan yang jelas mengenai wewenang dan tanggung jawab setiap manajer segmen.
3.       Setiap karyawan harus memberikan laporan hanya kepada atasan langsungnya.
4.       Manajemen puncak harus menetapkan secara jelas hubungan atasan bawahan antar karyawan.
Manajemen puncak mengkomunikasikan struktur organisasi dengan menggunakan bagan organisasi dan uraian jabatan. Bagan organisasi mengidentifikasi segmen-segmen  yang ada dan mengkomunikasikan hubungan atasan bawahan. Uraian jabatan menetapkan tanggung jawab.
v  Pernyataan Kebijakan
Pernyataan kebijakan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan menjelaskan tentang harapan manajemen puncak tentang perilaku karyawan. Pernyataan kebijakan itu memberikan araha bagi karyawan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jabatan. Agar dapat berjalan secara efektif, pernyataan kebijakan harus lengkap dan memiliki daya paksa. Salah satu jenis pernyataan kebijakan adalah standar perilaku sebagai berikut :
1.       Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
2.       Hubungan dengan aparat pemerintah
3.       Pencatatan yang benar terhadap dana, aktiva dan pengeluaran kas
4.       Kegiatan diluar tugas yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan.
5.       Perusahaan anak dan perusahaan afiliasi
6.       Laporan-laporan dan jaminan

v  Tujuan Kerja
Sistem penganggaran yang efektif mensyaratkan bahwa manajemen menetapkan tujuan kinerja untuk setiap segmen dalam organisasi. Selanjutnya manajemen puncak mengkomunikasikan tujuan ini ke setiap manajer segmen dengan mengeluarkan anggaran periodic. Sistem ini disebut sistem penganggaran kinerja.

v  Tujuan Organisasi dan Tujuan Departemen
Sistem penganggaran kinerja menjabarkan tujuan perusahaan yang menggunakan ukuran return on invested capital ke dalam tujuan yang lebih rinci dan spesifik untuk jenjang yang lebih bawah seperti departemen, devisi, biro, bagian dan lain-lain.

v  Metode-metode Penyusunan Tujuan Departemental
Jika manajemen puncak menetapkan tujuan departemental untuk jenjang manajer yang lebih bawah, maka sebuah sistem penganggaran kinerja disebut sistem otoritatif. Sitem ini berarti sistem penganggaran bergantung pada otoritas manajemen puncak untuk memotivasi karyawan guna mencapai tujuannya. Alternative lain yang dapat digunakan adalah perusahaan member kesempatan kepada para manajer jenjang  organisasi yang lebih bawah untuk berpartisipasi dalam menyusun tujuan kinerjanya sendiri. Sistem penganggaran ini disebut sistem penganggaran partisifatif. Proses informasi yang mengalir ke jenjang yang lebih bawah, dinamakan amplikasi informasi.


1.3   Aliran Informasi dari Bawah ke Atas (Bottom-up Information Flow)
Informasi jenis ini berasal dari kejadian atau transaksi yang terjadi pada jenjang yang paling bawah dalam struktur organisasi. Sitem yang mencatat transaksi, memprosesnya dan melaporkan kepada manajer yang lebih atas disebut sistem pelaporan pertanggungjawaban. Sistem pelaporan pertanggungjawaban mencatat realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh setiap segmen organisasi. Realisasi kegiatan ini dapat berupa satuan moneter pendapatan dan biaya, atau data statistic jam kerja dan unit diproduksi.

v  Pusat Pertanggungjawaban
Sistem informasi  akuntansi pertanggungjawaban mengumpulkan informasi tentang realisasi kegiatan dan tujuan kinerja pada jenjang organisasi yang paling rendah dalam hirarko organisasi. Segmen organisasi yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang ada yaitu :
1.       Pusat Biaya
2.       Pusat laba
3.       Pusat Investasi

v  Laporan Kinerja
Sistem akuntansi pertanggungjawaban mengkomunikasikan informasi yang dihasilkan dalam laporan kinerja, yang berisi informasi tentang realisasi, anggaran, selisih antara realisasi dan anggaran, untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Kadang-kadang manajemen menghendaki bahwa anggaran biaya dirinci kedalam biaya tetap dan biaya variable, sehingga membuat anggaran fleksibel. Laporan kinerja untuk pusat laba dan pusat investasipada dasarnya sama, yang berbeda isi laporannnya.

1.4   Pengumpulan data Pada Sistem  Akuntansi  Pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban mengalirkan informasi dari bawah ke atas berupa realisasi kinerja dan dari atas ke bawah berupa anggaran kinerja. Sistem ini menghasilkan laporan kinerja untuk setiap pusat pertanggungjawaban, yang meringkas anggaran pendapatan, anggaran biaya, realisasi pendapatan dan realisasi biaya.
Untuk mengumpulkan data, perusahaan menggunakan kode pertanggungjawaban yaitu mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pusat pertanggungjawaban dan berdasarkan rekening dalam bagan rekening sekaligus. Klasifikasi ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
1.       Transaksi diklasifikasikan sesuai dengan rekening yang tercantum dalam bagan rekening
2.       Transaksi diklasifikasikan sesuai dengan tempat terjadinya biaya
3.       Menghubungkan jenis rekening dengan tempat terjadinya transaksi tersebut.

v  Kode Pertanggungjawaban
Kode ini digunakan untuk mencatat tempat terjadinya transaksi. Karena setiap unit dalam organisasi terlibat dalam berbagai macam transaksi, maka setiap unit tersebut merupakan tempat terjadinya transaksi, maka setiap unit harus memiliki kode khusus yang disebut dengan kode pertanggungjawaban.

v  Kode rekening
Kode pertanggungjawaban hanya digunakan untuk mengidentifikasi siapa yang bertanggungjawab terhadap transaksi tersebut. Oleh karena itu perusahaan tetap membutuhkan kode rekening untuk keperluan pencatatan dan pelaporan informasi. Oleh karena itu struktur kode rekening dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan kombinasi antara rekening dank ode pertanggungjawaban.

v  Kode Anggaran
Kode tanbahan disisipkan antara kode pertanggungjawaban dank ode rekening, untuk dapat membedakan secara tegas yaitu kode anggaran dank ode rekening.

1.5   pelaporan Keuangan dan Akuntansi Pertanggungjawaban
Pada dasarnya laporan kinerja yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban hanya bermanfaat untuk keperluan intern. Oleh karena itu bentuk dan isi laporan kinerja sangat spesifik, dan tidak bisa langsung dikonvensi untuk menghasilkan laporan keuangan untuk kepentingan extern. Dengan demikian sistem informasi akuntansi harus menyusun kembali laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan dengan menggunakan data yang dihimpun oleh sistem akuntansi pertanggungjawaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar